Kamis, 12 Desember 2013

Novan Peace Di dalam mempelajari ilmu shorof, akan kita dapatkan istilah wazan dan mauzun, dimana WAZAN menurut bahasa adalah timbangan. Maksudnya, sesuatu yang dijadikan patokan atau yang harus diikuti oleh kalimat-kalimat lain.

Adapun MAUZUN menurut bahasa adalah yang ditimbang. Yakni sesuatu yang harus mengikuti wazan.
Makna mudahnya, WAZAN adalah polanya atau cetakannya sedangkan MAUZUN adalah kata yang ingin dijadikan sesuai pola atau cetakan.
Contoh :


Photobucket

Dari contoh di atas, sudah sangat jelas menerangkan kedua makna istilah di atas.
Adapun wazan tashrif istilahi di dalam bahasa arab ada 22 bentuk wazan, yang dapat dirubah menjadi fi’il mudhori’, fi’il amr, isim masdar dll yang telah disebutkan pada pelajaran sebelumnya.

Photobucket
Photobucket
Photobucket
Klik biar besar

Wazan-wazan di atas adalah wazan yang digunakan utk fi’il yang shohih akhir. Adapun tashrifan untuk fi’il yang mu’tal akhir pada pelajaran berikutnya.

Dengan mengetahui wazan-wazan ini dan menghafalkannya, sedikitnya kita akan bisa membaca atau mengharokati kitab-kitab gundulnya para ulama, walaupun kita belum mengetahui maknanya.
Sebagai contoh dalam kata

تفصيل

Dengan melihat tabel, ternyata polanya sama dengan nomor 6, dengan isim masdarnya, yakni تَفْعِيْلاً
Sehingga harokat dari kata di atas adalah

تَفْصِيْلٌ

Begitu juga pada kata

معلوم

Jika melihat tabel, ternyata sesuai dengan pola

مَفْعُوْلٌ

Sehingga harokatnya
مَعْلُوْمٌ


Catatan:

Mungkin ketika kita mengerti akan hal ini, kemudian mempraktekkannya dalam membaca kitab, kita akan merasa kebingungan di dalam menentukan, “manakah pola atau wazan yang sesuai dengan kata yang dimaksud”, dan hal ini merupakan sesuatu yang wajar, mengingat kita baru dalam tahap awal.

Karena di dalam menentukan pola yang sesuai dengan kata yang dimaksud, harus disesuaikan dengan makna dalam kalimat, bisa jadi di dalam kalimat ini polanya adalah A namun di kalimat lain pola adalah B, padahal kata yang dimaksudkan adalah sama

Seperti dalam kata

مكتب

Untuk mengetahui arti dan pola dari kata ini, maka harus diketahui terlebih dahulu konteksnya dalam kalimat.
Apakah cocok dengan pola مَفْعَلٌ yang merupakan isim tempat yang artinya tempat menulis atau meja atau cocok dengan pola مِفْعَلٌ yang merupakan isim alat yang artinya alat menulis.

Pada pelajaran selanjutnya akan diberikan penjelasan serta contoh dari tiap wazannya

Pengertian nahwu dan ruang lingkup ilmu nahwu




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kita kaum muslimin memaklumi, bahwa bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an. Setiap orang muslim yang bermaksud menyelami ajaran Islam yang sebenarnya dan lebih mendalam, tiada jalan lain kecuali harus mampu menggali dari sumber asalnya, yaitu Al-Qur’an dan sunnah Rasullah SAW.
Para ‘Ulama memberi julukan ilmu Nahwu dengan Abul Ulum yang artinya ayahnya ilmu, dan memberi julukan ilmu shorof dengan Ummul Ulum yang artinya ibunya ilmu.
                                                         
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas timbul permasalahan yang perlu dibahas dalam makalah ini, sebagaimana berikut :
  1. Apa pengertian Nahwu ?
  2. Apa latar belakang ilmu Nahwu ?
C.    Tujuan Pembahasan
  1. Untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Nahwu.
  2.  Untuk mengetahui pengertian dan latar belakang ilmu Nahwu.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Nahwu
·         Secara Bahasa
Lafadz النَحْوُ secara bahasa memiliki enam makna yaitu :[1]                    
1.      Bermakna ألقَصْدُ                  (menyengaja)
2.      Bermakna الْجِهَةُ                  (arah)
Contoh :   نَحَوْةُ نَحْوَالْبَىْتِ     Saya menyengaja ke arah rumah.
3.      Bermakna اَلْمِثْلُ                   (seperti)
Contoh :   زَىْدٌ نَحْوُ عَمْرٍو     Zaid seperti umar.
4.      Bermakna اَلْمِقْدَارُ                 (kira-kira)
Contoh :   عِنْدِى نَحْوُ الْفٍ      Saya memiliki kira-kira seribu.
5.      Bermakna اَلْقِسْمُ                   (bagian)
Contoh :   هَذَا عَلَى خَمْسَةِ انْحَاءِ     Perkara ini adalah lima bagian.
6.      Bermakna اَلْبَغْضُ                (sebagian)
Contoh :   اكَلْتُ نَحْوَ السَّمَكَةِ   Saya telah memakan sebagian ikan.
Yang paling banyak dari enam makna di atas adalah maknah yang pertama.
·         Secara Istilah
Nahwu menurut istilah diucapkan pada dua hal :
A.    Diucapkan untuk istilah fan ilmu nahwu yang mencakup ilmu nahwu shorof atau juga disebut ilmu bahasa arab, yang devinisinya adalah :
عِلْمٌ بِاُصُوْلِ مُسْتَمْبَطَةٍ مِن كَلاَمِ الْعَرَبِ يُعْرَفُ بِهَا اَحْكَامُ الْكَلِمَاتِ الْعَرَبِيَةِ حَالَ اِفْرَدِهَا وَحَالَ تَرْكِبِهَا
Ilmu tentang Qoidah-qoidah (pokok-pokok) yang diambil dari kalam arab, untuk mengetahui hukum (Hukumnya Kalimat) kalimat arab yangtidak disusun (sepwrti panggilan, idghom, membuang dan mengganti huruf) dan keadaan kalimat ketika ditarkib (seperti I’robdan mabni).[2]
B.     Istilah nahwu untuk fan ilmu yang menjadi perbandingan dari ilmu shorof, yang definisinya adalah :
عِلْمٌ بِاُصُوْلٍ مُسْتَنْطَةِ مِنْ قَوَاعِدِ الْعَرَبِ يُعْرَفُ بِهَا اَحْوَالُ آَوَاخِرِ الْكَلِمِ إعْرَابًا وَبِنَاءٌ
Ilmu tentang pokok-pokok yang diambil dari qoidah-qoidah arab, untuk mengetahui keadaan akhirnya kalimat dari segi I’rob dan mabni.[3]
Dari dua  definisi diatas, yang dikehendaki adalah definisi yang pertama, karena nahwu tidak hanya menjelaskan keadaan akhirnya kalimah dari segi I’rob dan mabninya tetapi menjelaskan keadaan kalimat ketika tidak ditarkib, yang berupa I’lal, idhom, pembuangan dan pergantian huruf, dan lain-lain.
Nahwu merupakan salah satu dari dua belas cabang ilmu Lughot Al-arobiyyah[4] menduduki posisi penting. Oleh karena itu, nahwu lebih layak untuk dipelajari mendahului pengkayaan kosakata dan ilmu-ilmu lughot yang lain. Sebab, nahwu merupakan instrument yang amat fital dalam memahami kalam allah, kalam rasul serta menjaga dari kesalahan terucap.[5]
Oleh karena itu, sebagai disiplin ilmu yang dianggap penting, nahwu bukan sekedar untuk pemanis kata, akan tetapi sebagai timbangan dan ukuran kalimat yang benar serta bias menghindar kan pemahaman yang salah atas suatu wicara.[6]
Oleh karena itu,menurut kaidah hukum islam, mengerti akan ilmu Nahwu bagi mereka yang ingin memahami Al-Qur’an, hukumnya fardu ‘ain.
B.     Ruang Lingkup Ilmu Nahwu
Ø  Sebab-sebab yang Mendorong Disusunnya Ilmu Nahwu
Bangsa Arab pada awalnya merupakan bangsa yang memiliki keahlian dalam menggunakan dua bahasa sekaligus, yakni bahasa fasih dan bahasa dialek. Saat sedang bersantai dengan keluarga misalnya, mereka menggunakan bahasa dialek. Namun apabila pada saat yang lain mereka harus menggunakan bahasa fasih, mereka pun sanggup melakukannya secara sempurna. Al-Qur’an dan sabda Nabi juga disampaikan dalam bahasa Arab yang fasih.
Setelah Islam berhasil melakukan futuh ke berbagai negeri ajam (non Arab), bangsa Arab mau tidak mau harus bergumul dengan bangsa-bangsa yang tidak berbahasa Arab tersebut. Akibat pergumulan yang berlangsung secara intens dan dalam waktu lama, bahasa Arab mulai terpengaruh oleh bahasa-bahasa lain. Orang-orang non Arab berusaha untuk berbicara dalam bahasa Arab namun mereka melakukan banyak kekeliruan. Orang Arab sendiri sedemikian toleran atas berbagai kekeliruan berbahasa Arab, baik yang dilakukan oleh orang non Arab maupun oleh orang Arab yang baru belajar berbahasa. Saat itu, kesalahan bukan hanya dilakukan oleh orang awam namun juga oleh orang-orang terpelajar dan para sastrawan. Dikisahkan, bahkan Al-Hajjaj, seorang yang sangat mahir berbahasa, juga sempat melakukan kesalahan. Banyaknya kesalahan, terutama dalam mengucapkan ayat-ayat Al-Qur’an, telah mendorong sebagian orang yang mahir berbahasa untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa, yang pada kemudian hari dikenal sebagi ilmu nahwu.
Ø  TUJUAN DISUSUNNYA ILMU NAHWU
Tujuan utama penyusunan ilmu nahwu ialah agar bahasa Arab yang fasih tetap terjaga sehingga Al-Qur’an dan hadits Nabi juga terjaga dari kesalahan. Di sisi lain, ilmu nahwu juga bisa dipakai sebagai sarana untuk mengungkap keajaiban bahasa Al-Qur’an (اعجاز القرآن).
Ø  SIAPAKAH YANG MULA-MULA MENYUSUN ILMU NAHWU?
Melalui pengkajian yang teliti, para ahli menetapkan bahwa yang meletakkan gagasan awal dan dasar-dasar serta metodologi ilmu nahwu ialah Ali bin Abi Thalib. Selanjutnya, pekerjaan tersebut dilanjutkan secara ekstensif oleh muridnya yang bernama Abul Aswad.
Mengenai pendapat yang mengatakan bahwa metodologi ilmu nahwu diadopsi dari tata bahasa lain – terutama Yunani – melalui perantaraan orang-orang Suryani, para ahli menyanggahnya dengan mengatakan bahwa metodologi itu orisinil dari Arab, terutama dengan adanya Al-Qur’an. Para ahli mengatakan bahwa tata bahasa Yunani memang sempat bergumul dan mempengaruhi ilmu nahwu, namun itu terjadi setelah ilmu nahwu sendiri sudah berada di tengah-tengah formasinya.
Ø  PERKEMBANGAN ILMU NAHWU DARI MASA KE MASA
Perkembangan ilmu nahwu dapat diruntut menjadi tiga periode:
1.      Periode Perintisan dan Penumbuhan (Periode Bashrah)
Perkembangan pada periode ini berpusat di Bashrah, dimulai sejak zaman Abul Aswad sampai munculnya Al-Khalil bin Ahmad, yakni sampai akhir abad kesatu Hijriyah. Periode ini masih bisa dibedakan atas dua sub periode, yaitu masa kepeloporan dan masa pengembangan. Masa kepeloporan tidak sampai memasuki masa Daulah Abbasiyah. Ciri-cirinya ialah belum munculnya metode qiyas (analogi), belum munculnya perbedaan pendapat, dan masih minimnya usaha kodifikasi. Adapun ciri-ciri masa pengembangan ialah makin banyaknya pakar, pembahasan tema-temanya semakin luas, mulai munculnya perbedaan pendapat, mulai dipakainya argumen dalam menjelaskan kaidah dan hukum bahasa, dan mulai dipakainya metode analogi.
2.      Periode Ekstensifikasi (Periode Bashrah-Kufah)
Periode ini merupakan masa ketiga bagi Bashrah dan masa pertama bagi Kufah. Hal ini tidak terlalu mengherankan, sebab kota Bashrah memang lebih dulu dibangun daripada kota Kufah. Pada masa ini, Bashrah telah mendapatkan rivalnya. Terjadi perdebatan yang ramai antara Bashrah dan Kufah yang senantiasa berlanjut sampai menghasilkan apa yang disebut sebagai Aliran Bashrah dengan panglima besarnya Imam Sibawaih dan Aliran Kufah dengan panglima besarnya Imam Al-Kisa’i. Pada masa ini, ilmu nahwu menjadi sedemikian luas sampai membahas tema-tema yang saat ini kita kenal sebagai ilmu sharf.
3.      Periode Penyempurnaan dan Tarjih (Periode Baghdad)
Di akhir periode ekstensifikasi, Imam Al-Ru’asi (dari Kufah) telah meletakkan dasar-dasar ilmu sharf. Selanjutnya pada periode penyempurnaan, ilmu sharf dikembangkan secara progresif oleh Imam Al-Mazini. Implikasinya, semenjak masa ini ilmu sharf dipelajari secara terpisah dari ilmu nahwu, sampai saat ini. Masa ini diawali dengan hijrahnya para pakar Bashrah dan Kufah menuju kota baru Baghdad. Meskipun telah berhijrah, pada awalnya mereka masih membawa fanatisme alirannya masing-masing. Namun lambat laun, mereka mulai berusaha mengkompromikan antara Kufah dan Bashrah, sehingga memunculkan aliran baru yang disebut sebagai Aliran Baghdad. Pada masa ini, prinsip-prinsip ilmu nahwu telah mencapai kesempurnaan. Aliran Baghdad mencapai keemasannya pada awal abad keempat Hijriyah. Masa ini berakhir pada kira-kira pertengahan abad keempat Hijriyah. Para ahli nahwu yang hidup sampai masa ini disebut sebagai ahli nahwu klasik.
Setelah tiga periode diatas, ilmu nahwu juga berkembang di Andalusia (Spanyol), lalu di Mesir, dan akhirnya di Syam. Demikian seterusnya sampai ke zaman kita saat ini.
Dalam ilmu Nahwu objek bahasannya tertuju pada kosa katsa Arab baik dalam bentuk kata tunggal atau tersusun, mengenai vocal akhir (I’rob) yang menentuakan suatu kata, mengenai pergantian, pembuangan dan I’lalul huruf dan banyak yang lain.
Alam tata bahasa sintaksis Arab, dikenal istilah Fi’iil dan Harf, jumlah Islamiyah dan Fi’liyah serta Syibhu jumlah. Dalam ilmu Nahwu banyak lagi istilah dan persoalan yang dihadapi dapat diteliti dari buku-buku bahwa yang banyak tersebar. Yang dikenal memprakarsai Nahwu adalah Ali bin Ali Thalib beserta sahabatnya.
Adapun ilmu nahwu, kata kuncinya ialah kalimat (الجملة). Ia secara khusus berbicara tentang jabatan tiap elemen kalimat dan secara umum berbicara tentang aturan mengenai hubungan antar elemen tersebut. Demikianlah, ilmu nahwu telah digunakan untuk menganalisis secara sintaktik bagian-bagian sebuah kalimat serta hubungan antar bagian-bagian tersebut dalam apa yang dalam tradisi klasik kita sebut sebagai hubungan penyandaran (الاسناد). Jadi ilmu nahwu tidaklah hanya berbicar tentang harakat di akhir kata serta i’rabnya, namun ia juga mengatur tentang bagaimana cara yang baik dalam menyusun dan merangkai kalimat.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Ilmu nahwu bertujuan untuk menjaga dari kesalahan dan sebagai pengantar untuk memahami Ilmu-ilmu lainnya.
2.      Tujuan utama penyusunan ilmu nahwu ialah agar bahasa Arab yang fasih tetap terjaga sehingga Al-Qur’an dan hadits Nabi juga terjaga dari kesalahan. Di sisi lain, ilmu nahwu juga bisa dipakai sebagai sarana untuk mengungkap keajaiban bahasa Al-Qur’an (اعجاز القرآن).
B.     Saran
Dari beberapa Uraian diatas jelas banyaklah kesalahan serta kekeliruan, baik disengaja maupun tidak, dari itu kami harapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah tempatnya salah dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Hudlori Hasyiyah 1, Hal.10
Ibnu Wahid Alfat, Reaktualisasi Fan Nahwu, genesa product, Hal.19
Muhammad bin ‘Ali As Shobban, Hasyi’ah As-Shobban (Haromain), 1;16
Taqrirot Al Fiyyah, Hal.02


[1] Hasyiyah Hudlori 1, Hal.10
[2] Ibid
[3] Taqrirot Al Fiyyah, Hal.02
[4] Muhammad bin ‘Ali As Shobban, Hasyi’ah As-Shobban (Haromain), 1;16
[5] Ibnu Wahid Alfat, Reaktualisasi Fan Nahwu, genesa product, Hal.19
[6] Ibid

MAKALAH BAHASA ARAB FI'IL


الفعـــــــــــــــــــــــــل

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PEMBAGIAN FIIL”
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian FIIL atau yang lebih khususnya membahas tentang pembagian Fiil dan contohnya,  Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang macam-macam Fiil.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Peranap               February 2012
Kelompok IV
A. Definisi:
Kalimah Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan datang). Hampir seperti pengertian kata kerja dalam bahasa Indonesia, namun ada perbedaan sedikit.
Contoh:
Bekerjalah
اُفْعُــلْ
Sedang/ akan bekerja
يَفْــعُــلُ
Telah bekerja
فَــعَــلَ
B. Pembagian Kalimah Fi’il.
1. Berdasaran waktu terjadinya
a. Fi’il madhi
b. Fi’il Mudhari’
c. Fi’il Amar
2. Menurut Jenis hurufnya:
a. Fi’il Shahih
1) Fi’il Salim
2) Fi’il Mahmuz
3) Fi’il Mudho’af
b. Fi’il Mu’tal
1) Fi’il Mitsal
2) Fi’il Ajwaf
3) Fi’il Naqish
4) Fi’il Mafruq
5) Fi’il Maqrun
3. Menurut Objek Penderitanya
a. Fi’il Lazim
b. Fil muta’addi
4. Menurut Bentuk Aktif/ Pasif:
a. Fi’il Ma’lum
b. Fi’il Majhul
5. Menurut Susunan Huruf:
a. Fi’il Mujarrad
b. Fi’il Mazid
1. Pembagian Fi’il berdasarkan waktu
A.    Fi’il Madhi
1. Definisi
Fi’il madhi ialah kata kerja yang menunjukkan terjadinya suatu pekerjaan atau peristiwa pada waktu lampau (past tense).
2. Tanda-tanda
Tanda-tandanya antara lain tampak pada huruf asli kata kerjanya dan pada umumnya mengandung suara “a” , misalnya كَـتَـبَ (telah menulis), قَــرَأَ (telah membaca)
3. Bentuk
Fi’il Madhi mempunyai 14 bentuk sesuai dengan banyaknya dhamir (pelaku). Dhamir itu berfungsi sebagai fa’il (pelaku). Dengan mengambil contoh kata كَـتَـبَ (kataba), maka terdapat 14 bentuk sebagai berikut:
No
Dhamir
F. Madhi
Arti
Keterangan
1
هُـوَ
كَتَبَ
Dia (lk) telah menulis
Bentuk asli tanpa perubahan
2
هُمَـا
كَتَبَـا
Keduanya (lk) telah menulis
+ ا pada huruf terakhir
3
هُـمْ
كَتَبُـوْ
Mereka (lk) telah menulis
+ ـــُوْ pada huruf terakhir
4
هِـيَ
كَتَبَـتْ
Dia (pr) telah menulis
+ ـتْ pada huruf terakhir
5
هُمَـا
كَتَبَـتَا
Keduanya (pr) telah menulis
+ ـتـََا pada huruf terakhir
6
هُـنَّ
كَتَبْـنَ
Mereka (pr) telah menulis
+ ـْــنَ pada huruf terakhir
7
اَنْـتَ
كَتَبْـتَ
Kamu (lk) telah menulis
+ ـْــتَ pada huruf terakhir
8
اَنْتُمَـا
كَتَبْتُمـَا
Kalian (lk) telah menulis
+ ـْــتُمَـا pada huruf terakhir
9
اَنْتُـم
كَتَبْتُـمْ
Kalian (lk) telah menulis
+ ـْــتُمْ pada huruf terakhir
10
اَنْـتِ
كَتَبْـتِ
Kamu (pr) telah menulis
+ ـْـتِ pada huruf terakhir
11
اَنْتُمَـا
كَتَبْتُمَا
Kalian (pr) telah menulis
+ ـْتُمَـا pada huruf terakhir
12
َانْتُـنَّ
كَتَبْتُـنَّ
Kalian (pr) telah menulis
+ ـْـتُـنَّ pada huruf terakhir
13
اَنَـا
كَتَبْـتُ
Saya telah menulis
+ ـْــتُ pada huruf terakhir
14
نَحْنُ
كَتَبْـنَا
Kami, kita telah menulis
+ ــْـنَـا Pada huruf terakhir

contoh:

خَلَقَ     (kholaqo)=telah menciptakan       أََمَرَ     (amaro)=telah memerintahkan
خَرَجَ   (khoroja)= telah mengeluarkan     أَكَلَ     (akala)=telah memakan
Rangkuman
Kalimah fi’il adalah kata kerja yang menunjukkan pekerjaan. Pembagian kalimah fi’il
sebagai berikut; Berdasaran waktu terjadinya adalah Fi’il madhi, Fi’il Mudhari’, dan Fi’il Amar; Menurut Jenis hurufnya: Fi’il Shahih yang meliputi (Fi’il Salim, Fi’il Mahmuz,Fi’il Mudho’af) dan Fi’il Mu’tal (Fi’il Mitsal, Fi’il Ajwaf, Fi’il Naqish, Fi’il Mafruq, Fi’il Maqrun); Menurut Objek Penderitanya ada: Fi’il Lazim dan Fil muta’addi; Menurut Bentuk Aktif/ Pasifnya terdapat Fi’il Ma’lum dan Fi’il Majhul; sedangkan Menurut Susunan Hurufnya :Fi’il Mujarrad dan Fi’il Mazid
FI’IL MUDHARI’
فِـعْـلُ الْمُـضَــارِعْ
  1. Definisi
Fi’il Mudhari’ adalah yang menunjukkan pekerjaan atau peristiwa yang sedang terjadi (present tense) atau akan terjadi (future tense).
B.     Ciri/ tandanya:
1. Dapat dimasuki huruf sin س dan saufa سَوْفَ contoh: سَيَشْـهَدُ, سَوْفَ يَشْـهَدُ
2. Dapat diawali dengan salah satu di antara empat huruf ا,ن,ي,ت (اَنَيْتُ) yang disebut huruf mudhara’ah
Huruf

Contoh

Huruf
Contoh
ا

أذْهَـبُ

ي
يَذْهَـبُ, يَذْهَبَـانِ, يَذْهَبُــونَ
ن

نَذْهَـبُ

ت
تَذْهَـبُ, تَذْهَبَــانِ, تَذْهِبْــنَ
3. Dapat dimasuki huruf لاَ (tidak)
Contoh:
لاَ يَذْهَـبُ, لاَ يَشْـهَدُ, لاَ يَضْـرِبُ
Contoh :

يَخْلُقُ    (yakhluqu)=sedang/akan menciptakan

يَخْرُجُ   (yakhruju)= sedang/akan mengeluarkan

يَأْمُر     (ya’muru)= sedang/akan memerintahkan

يَأْكُلُ    (ya’kulu)= sedang/akan memakan
C.     Bentuk
Seperti Fi’il madhi, Fi’il mudhari’ juga mempunyai 14 bentuk sesuai dhamirnya. Contoh
No
Dhamir
F. Madhi
Arti
Perub
Letak perubahan
1
هُـوَ
يَضْـرِبُ
Dia (lk) sedang/ akan memukul
….
Akhir kata
2
هُمَـا
يَضْرِبَـانِ
Keduanya (lk) sedang/ akan memukul
….َانِ
Akhir kata
3
هُـمْ
يَضْرِبُـونَ
Mereka (lk) sedang/ akan memukul
…ُوْنَ
Akhir kata
4
هِـيَ
تَضْـرِبُ
Dia (pr) sedang/ akan memukul
تَ….
Awal kata
5
هُمَـا
تَضْرِبانِ
Keduanya (pr) sedang/ akan memukul
تَ…َانِ
Awal dan akhir
6
هُـنَّ
يَضْـرِبْنَ
Mereka (pr) sedang/ akan memukul
تَ…بْنَ
Awal dan akhir
7
اَنْـتَ
تَضْـرِبُ
Kamu (lk) sedang/ akan memukul
تَ…
Awal kata
8
اَنْتُمَـا
تَضْـرِبانِ
Kalian (lk) sedang/ akan memukul
تَ…َانِ
Awal dan akhir
9
اَنْتُـم
تَضْـرِبُوْنِ
Kalian (lk) sedang/ akan memukul
ت…ُوْنَ
Awal dan akhir
10
اَنْـتِ
تَضْـرِبِيْنَ
Kamu (pr) sedang/ akan memukul
تَ…بِيْنَ
Awal dan akhir
11
اَنْتُمَـا
تَضْـرِبَانِ
Kalian (pr) sedang/ akan memukul
تَ…َانِ
Awal dan akhir
12
َانْتُـنَّ
تَضْـرِبْنَ
Kalian (pr) sedang/ akan memukul
تَ…بْنَ
Awal dan akhir
13
اَنَـا
اَضْـرِبُ
Saya sedang/ akan memukul
ا…..
Awal kata
14
نَحْنُ
نَضْـرِبُ
Kami, kita sedang/ akan memukul
نَ……
Awal kata
Rangkuman
Fi’il Mudhari’ adalah yang menunjukkan pekerjaan atau peristiwa yang sedang terjadi (present tense) atau akan terjadi (future tense).
Cara membuatnya Huruf asli dalam Fi’il madhi diberi tambahan salah satu huruf mudhara’ah, huruf ke dua sukun (mati)
Ciri/ tandanya adalah (1) Dapat dimasuki huruf sin س dan saufa سَوْفَ (2) dapat diawali dengan salah satu di antara empat huruf ا,ن,ي,ت (اَنَيْتُ) yang disebut huruf mudhara’ah (3) Dapat dimasuki huruf لاَ (tidak) Bentuknya ada 14 bentuk sesuai dhamirnya.
FI’IL AMAR
فِــعِــل الامــر
A.    Definisi
Fi’il Amar adalah: kata kerja yang menunjukkan perintah (imperative) untuk melaksanakan pekerjaan
B.     Tanda-tanda
Biasanya diawali dengan huruf alif dan huruf akhir berharakat sukun. Contoh :
اُكْتُبْ
tulislah
اِقْـرَءْ
Bacalah
اِحْفَظْ
Hafalkan






C.    Cara membuat
a. Dari Fi’il madhi,
b. dibuang ya mudhari’nya (yaitu huruf awal Fi’il mudhari’)
c. huruf akhir diberi harakat sukun
d. Bila setelah dibuang ya mudhari’nya ternyata huruf awalnya berharakat sukun(ـْـ) maka ditambah dengan hamzah washal (ا) yang berkasrah yang tak perlu ditulis harakat kasrahnya.
Langkah-langkah membuat Fi’il amar
يَذْهَـبُ

ذْهَـبُ

ذْهَـبْ

اذْهَـبْ
1

2

3

4
D. Bentuk
Bentuk Fi’il Amar hanya ada 6, yaitu
No
Dhamir
F. Amar
Arti
Perubahan
1
هُــوَ

———
———
2
هُـمَـا
———
———
3
هُــمْ
———-
———
4
هِـيَ
———-
———
5
هُمَـا
———-
———
6
هُـنَّ
———-
—–
7
اَنْـتَ
اُكْـتُبْ
Memukullah kamu (lk)
Asli
8
اَنْتُمَـا
اُكْتُبَــا
Memukullah kalian (lk)
…..َا
9
اَنْتُـم
اُكْـتُبُـوْا
Memukullah kalian (lk)
….ُوْ
10
اَنْـتِ
اُكْـتُبِي
Memukullah kamu (pr)
….ِيْ
11
اَنْتُمَـا
اُكْـتُبَتَـا
Memukullah kalian (pr)
…َتَـا
12
َانْتُـنَّ
اُكْـتُبْـنَ
Memukullah kalian (pr)
….ْنِ
13
اَنَــا
—-
—-
14
نَحْـنُ
—-
—–
Contoh :


اُدْخُلْ    (udkhul)=masuklah                           إِجْلِسْ   (ijlis)=duduklah

اُخْرُُجْ   (ukhruj)=keluarlah                            اِِرْفَعْ    (irfa’)=angkatlah


Rangkuman
Fiil Amar adalah kata kerja yang menunjukkan arti perintah untuk melakukan pekerjaan.. Biasanya diawali dengan huruf alif dan huruf akhir berharakat sukun. Bentuknya ada enam
2. Menurut Jenis hurufnya:
A.    Fi’il shahih
Definisi
Fi’il shahih adalah kalimah Fi’il yang huruf aslinya tidak berupa huruf illat yaitu (و,ا,ي ).
Pembagian
Fi’il shahih ini dibedakan menjadi beberapa tipe (bina’)
a.       Fi’il salim, yaitu fi’il yang huruf aslinya tidak berupa huruf hamzah atau tidak mudha’af (dobel)
contoh :
-يَـذْهَبُ
ذَهَــبَ

يَكْــتُبُ
كَتَــبَ-

يَــدْرُسُ
دَرَسَ –
b.      Fi’il mahmuz, adalah Fi’il yang salah satu hurufnya berupa huruf illat. Berdasarkan huruf illatnya, Fi’il mahmuz terdiri dari
1. mahmuz fa’, yaitu apabila huruf awal (fa’ fi’il) kata kerja berupa hamzah,contoh
فَـعَــلَ

ـل
ـعــ
فـ

أَخَـــذَ

ـذَ
خَـــ
أَ
—Mahmuz fa
سَــأَلَ

ـلَ
ـــأَ
سَ
—Mahmuz ‘ain
قَـــرَ أَ

أَ
ـــر
قَـَ
—Mahmuz lam


3
2
1

2. Mahmuz ‘ain yaitu apabila huruf kedua (‘ain fi’il) kata kerja berupa hamzah
3. Mahmuz lam, yaitu apabila huruf akhir (lam fi’il) kata kerja berupa hamzah
c.       Fi’il Mudha’af ialah kata yang huruf kedua (‘ain Fi’il) dan huruf ketiga (lam Fi’il) berupa huruf yang sama, kemudian ditasydidkan, contoh




ـــل
ـــعَــ
فَـ
مَـــدَّ

مَـــدَدَ

د
دََ
مَـ
سَـــدَّ

سَـــدَدَ

دَ
دَ
سَـ
هَـــزَّ

هَـــزَزَ

َزَ
ز
هَـ




3
2
1
B. Fi’il Mu’tal
Definisi
Fi’il mutal ialah fi’il yang huruf aslinya berupa huruf illat.
Pembagian
Fi’il mu’tal ini terdiri 5 macam yaitu:
a.       Fi’il mitsal, yaitu Kata yang fa’ fi’il (huruf pertama) berupa wawu(disebut Mitsal wawi (ميثال واوي ) atau berupa ya (ي ) disebut mitsal Ya’I ( ميثال يأـي ) , contoh:


ــل
ـعَـ
فَـ

وَعَـــدَ

ــدَ
عَـ
وَ
Mitsal wawi
وَضَــعَ

ـعَ
ضَـ
وَ

يَسَـــرَ

ـرَ
سَـ
يَـ
Mitsal ya’i
يَبِـــسَ

ـسَ
َبِ
يـ



3
2
1

b. Fi’il ajwaf, Fi’il ini terdiri dari dua macam yaitu
1) Ajwaf Wawi (أجوف واوى ( yaitu kata yang huruf keduanya berupa huruf wawu و , dan
2) Ajwaf Ya’i (أجوف يأى ), yaitu kata yang huruf keduanya ( ع) berupa huruf Ya ( ي )
Contoh:




ـل
ـعَـ
فَـ

صَـا نَ

صَـوَنَ

نَ
ــو
صََ
Ajwaf wawi
صَــا مَ

صَـوَمَ

مَ
ــوَ
صَـ
Ajwaf wawi
هـَـابَ

هَـيَبَ

بَ
ـيـ
هـَ
Ajwaf ya’i
بَــاعَ

بَـيَـعَ

ـعَ
ـيـ
بـَ
Ajwaf ya’i




3
2
1

c. Fi’il naqish, yaitu kata kerja yang huruf ketiga (lam fi’il) berupa huruf wawu atau ya.
Fi’il ini ada dua macam yaitu
1) Naqish wawi ( نا قص واوي ) kata yang huruf ketiganya berupa wawu ( و), dan
2) Naqish Ya’i (نا قص يَأي ): Kata yang huruf ketiganya berupa ya ( ي )




ـل
ـعَـ
فَـ

غَـــــــزَا

غَــــزَوَ

ـَو
ـــز
غََ
Naqish wawi
سَــــرُوَ

سَــــرُوَ

ُوَ
ـــر
سَـ
Naqish wawi
سَـــرَى

سَــرَيَ

يَ
ــرَ
سَ
Naqish ya’i
خَشـــِي

خَشِــي

ـي
شِـ
خَـ
Naqish ya’i




3
2
1

d. Fi’il lafif mafruq ( لَفِيْــف مَفْــرُوْق) yaitu kata kerja yang huruf pertamanya (fa’ Fi’il) berupa wawu (و ) dan huruf ketiganya (lam Fi’il) berupa ya (ي)
e. Fi’il Lafif Maqrun kata kerja yang huruf kedua (’ain Fi’il) berupa wawu (و ) dan huruf ketiganya (lam Fi’il) berupa ya (ي)
contoh




ـل
ـعَـ
فَـ

وَقَـــى

وَقَــى

ـى
قـَ
وَ
Lafif mafruq
وَلـــَى

وَلَــى

ى
لَ
وَ
Lafif mafruq
شَـوَى

شَـوَى

ى
ـوِ
شَـ
Lafif maqrun
قَــوِيَ

قَــوِيَ

يَ
وِ
قَـ
Lafif maqrun




3
2
1










Rangkuman
Fi’il shahih adalah kalimah Fi’il yang huruf aslinya tidak berupa huruf illat yaitu (و,ا,ي ). Fiil mu’tal adalah fiil yang terdapat huruf illat. Berdasarkan letak huruf illat terdapat fiil bina’ mahmuz, naqish, ajwaf, mitsal,dan lafif
3. Pembagian Fi’il menurut Objek Penderitanya
Fi’il Lazim dan Fil muta’addi
A. Fi’il Lazim
Fi’il Lazim yaitu fi’il yang hanya memiliki fa’il atau pelaku, tetapi tidak memiliki maf’ul bih (pelengkap penderita). Dalam bahasa Indonesia disebut kata kerja intransitif. Contoh
قَـَامَ – يَقُـوْمُ
berdiri

جَلَسَ- يَجْلِـسُ
Duduk
B.Fi’il Muta’addi,
Fi’il Muta’addi yaitu fi’il yang tidak hanya memiliki pelaku (Fa’il) tetapi harus dilengkapi dengan maf’ul bih (Objek penderita). Di dalam bahasa Indonesia disebut Kata kerja transitif. Contoh
شَـرَبَ-يَشْـرَبُ
Minum

اَعْطَـى-يُعْطِــى
Memberi
تَبِــعَ-يَتْبَــعُ
mengikuti

ظَــنَّ –يَظُــنُّ
Mengira
Fi’il muta’addi dapat dibentuk dari fi’il lazim. Beberapa Fi’il lazim dapat menjadi Fi’il muta’addi dengan mengikuti wazan-wazan (pola) sebagai berikut
Arti
Muta’addi
Pola
Arti
lazim
Mengeluarkan
أَخْـرَجَ-يُخْـرِجُ
اَفْعَـلَ – يُفْعِـلُ
Keluar
خَـرَجَ
Menggembirakan
فَـرَّحَ – يُفَـرِّحُ
فَعَّـلَ – يَُفَعِّــلُ
Gembira
فَـرَحَ
menyetujui
وَافَـقَ - يُوَافِقُ
فَاعَلَ – يُفَاعِـلُ
Setuju
وَفَــقَ
3.4 Rangkuman
Fi’il Lazim /kata kerja intransitive yaitu fi’il yang hanya memiliki fa’il atau pelaku, tetapi tidak memiliki maf’ul bih (pelengkap penderita). Sedang Fi’il Muta’addi / Kata kerja transitif yaitu fi’il harus dilengkapi dengan maf’ul bih (Objek penderita).
4. Pembagian Fi’il Menurut Bentuk Aktif/ Pasifnya
A. Fi’il Ma’lum
Definisi
Fi’il Ma’lum adalah fi’il yang disebutkan fa’ilnya dan mempunyai pengertian aktif.
Contoh
contoh
Maf’ul bih
Fa’il
Fi’il lazim
Arti
أكَــلَ مَحَمَّــدٌ الـرُّزَّ
ٌ الـرُّزَّ
مَحَمَّــد
أكَــلَ
Muhammad makan nasi
قَــرَاَ عَـلِـيٌّ الكِتَــابَ
الكِتَــابَ
عَـلِـيٌّ
قَــرَاَ
Ali membaca buku
B. Fi’il Majhul
Definisi
Fi’il majhul ialah Fi’il yang fa’ilnya dibuang dan digantikan oleh maf’ul bih (objek penderita). Fi’il ini disebut juga kata kerja pasif. Fi’il ini hanya mempunyai dua bentuk yaitu Fi’il madhi dan fi’il mudhari’
Cara membuat Fi’il ma’lum menjadi fi’il majhul
Huruf pertama Fi’il madhi diberi harakah dhammah, huruf sebelum terakhir diberi harakat kasrah.
2.2 Contoh
6 huruf

4 huruf

Tiga huruf
اِسْتَغْــفَـرَ

تَــرْجَــمَ
menerjemahkan

كَــتَــبَ menulis
ـر
ـفَ
ـغْـ
تـَ
سـْ
اَِْ

ـمَ
جَـ
ـرْ
تَـ

ـبَ
ـتَ
كَــ















ـر
ـفِ
ـغْـ
تَُ
سـْ
اُ

ـمَ
جِـ
ـرْ
تُ

ـبَ
ـتِـ
كُـ
6
5
4
3
2
1

4
3
2
1

3
2
1
اُسْــتُغْــفِـــرَ
Diminati ampunan

تُــرْجِـــمَ
diterjemahkan

كُــتِــبَ
Ditulis
Apabila fi’il berupa bina’ ajwaf (huruf tengahnya mu’tal), maka bentuk fi’il majhulnya dibentuk dengan cara ‘ain Fi’il (huruf kedua) diganti huruf ya. Contoh







قَـــالَ
berkata

زَادَ
menambah
ـلَ
ــا
قـَ

دَ
َا
ز







ـلَ
ـيْـ
قِ

ـدَ
يْـ
زِ
قِِـيِـــــل
dikatakan

زِيْـــــدَ َ
Ditambah










Cara membuat fi’il majhul dari Fi’il mudhari” adalah didhammahkan huruf pertama dan difathahkan huruf sebelum terakhir. Contoh
يَـسْـــتَغْـــفِـرُ
Meminta ampun

يُـتَــرْجَــمُ
menerjemahkan

يَــزِيْــدُ
menambah
ــرُ
ـفِ
غْــ
ـتَ
ـسْـ
يـَ

ـمُ
ـجِـ
رْ
تَـ
يُـ

ـدُ
يْــ
ــز
يَـِ

















ــرُ
فَـ
غْــ
ـتَ
ـسْـ
يُـ

ـمُ
ـجَـ
رْ
تَـ
يُـ

ـدُ
ا
ــَز
يُـِ
يُسْتَغْــــــفَـــرُ
Dimintai ampun

يُتَـــــرْجَــمُ
diterjemahkan

يُـــــزَادُ
ditambah
5. Pembagian Fi’il menurut menurut susunan huruf
Fi’il Mujarrad dan Fi’il Mazid
A. Fi’il Mujarrad
Definisi
Fi’il mujarrad adalah kata kerja yang semua hurufnya huruf asli, belum mendapatkan tambahan huruf.
Contoh:
كَتَبَ – يَكْتُبُ , زَلَـزَلَ – يُـزَلْـزِلُ
Fi’il mujarrad dibedakan menjadi dua macam
  1. Fi’il Tsulatsy mujarrad, yaitu fi’il yang huruf aslinya terdiri tiga huruf. Fi’il ini ada 6 macam, yaitu
No
Wazan (pola)
Contoh
Rumus
1
فَـعَــلَ – يَفْــعُـلُ
كَبَتَ – يَكْتُبُ , نَصَــرَ, دَجَــلَ
ــَــ , ــُـــ
2
فَـعَــلَ – يَـفْـعِـلُ
جَلَسَ – يَجْـلِسُ ضَـرَبَ , رَجَـعَ
ـــَــ, ــِـــ
3
فَـعَــلَ – يَـفْـعَــلُ
قَـرَأَ – يَقْـرَأُ فَتَــحَ , صَنَـعَ
ـــَــ , ـــَـــ
4
فَـعِــلَ - يَـفْـعَــلُ
عَـلِمَ – يَـعْــلَمُ , فَهِــمَ, سَــلِـمَ
ـــِــ , ـــَــ
5
فَــعُــلَ - يَفْــعُـلُ
حَـسُنَ – يَحْسُنُ , شَـجُعَ , كَــرُمَ
ــُــ , ـــُــ
6
فَــعِــلَ - يَـفْـعِـلُ
حَـسِبَ – يَحْسِـبُ , وَمِقَ , وَرِثَ
ــِــ , ـــِــ




B. Fi’il Mazid
Definisi
Fi’il mazid adalah fi’il yang huruf aslinya mendapatkan tambahan.
Pembagian
Fi’il ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu fi’il tsulatsy mazid dan fi’il ruba’y mazid.
1. fi’il tsulatsy mazid, adalah fi’il tsulatsy (aslinya 3 huruf) yang mendapatkan tambahan satu huruf, dua huruf dan tiga huruf.
a) yang mendapatkan tambahan satu huruf ada tiga pola (wazan) yaitu
No
Pola
contoh
1
فَعَّــلَ – يُفَـعِّــلُ
عَـلَّــمَ , سَــلَّــمَ
2
فَاعَـلَ – يُفَـاعِـلُ
قَـاتَــلَ جَــاهَـدَ
3
أَفْــعَـلَ – يُفْــعِــلُ
اَكْــرَمَ – اَسْــلَــمَ
b) yang mendapatkan tambahan dua huruf ada lima pola (wazan) yaitu
No
pola
Contoh kata
1
تَفَـاعَـلَ – يَتَفَــاعَـلُ
تَقَـارَبَ - يَتَقَـارَبُ
2
تَفَـعَّــلَ – يَتَفَـعَّــلُ
تَقَـدَّمَ – يَتَقَـدَّمُ
3
اَفْتَعَــلَ – يَفْتَـعِــلُ
اِجْتَمَــعَ – يَجْتَمِــعُ
4
اِنْفـعَــلَ – يَنْفَـعِــلُ
اَنْقَطَــعَ – يَنْقَطِــعُ
5
اِفْـعَــلَّ – يَفـْعَــلُّ
اِحْمَــرَّ – يَحْمَــرُّ
c) yang mendapatkan tambahan tiga huruf ada empat pola (wazan) yaitu
No
Pola
Contoh kata
1
اِسْتَــفْعَلَ - يَسْتَفْــعِلُ
اِسْتَــغْـفَرَ – يَسْتَغْــفِرُ
2
اِفْعَــوْعَـلَ – يَفْعَوعِـلُ
اِغْـرَوْرِقَ – يَغْـرَوْرِقَ
3
اَفْــعَـالَّ – يَفْعَــالُّ
اَحْمَـارَّ – يَحْمَــارُّ
4
اَفْعَـــوَّلَ – يَفْعَــوِّلُ
اِعْـلَـوَّطَ – يَعْـلَوِّطُ
  1. Fi’il ruba’I mazid adalah fi’il ruba’I (huruf asal 4 huruf) yang mendapakan tambahan satu atau dua huruf. Fi’il ini mempunyai pola sebagai berikut
a) Yang mendapatkan tambahan satu huruf
Pola
Contoh
تًفَعْـلَــلَ – يَتَـفَـعْـلَــلُ
تَدَخْــرَجَ , تَبَسْمَــلَ


b) Yang mendapatkan tambahan satu huruf
No
Pola
Contoh kata
1
اِفْعَنْلَـلَ – يَفْـعَنْـلِـلُ
اِخْـرَنْجَــمَ – يَخْـرَنْجِـمُ
2
اَفْعَلَــلَّ – يَفْـعِــلُّ
اِطْمَـأَنَّ – يَطْمَـئِـنُّ
Rangkuman
Pada dasarnya kata kerja (kalimah fiil) itu berjumlah tiga huruf (tsultsy) dan empat huruf (ruba’i). Dari huruf asal tadi ada yang mendapat tambahan mulai dari satu huruf sampai tiga huruf. Fiil berdasarkan tambahannya hurufnya fiil dibagi menjadi fiil mujarrad dan fiil mazid. Perubahan mujarrad menjadi mazid tersebut mempunyai fungsi-fungsi tertentu.
KESIMPULAN
Diantara keistimewaan bahasa arab adalah kaya akan kata-kata, misalkan pada dhomir (kata ganti). Berbeda dengan bahasa Indonesia yang hanya memiliki 7 kata ganti (dia, kamu, kalian, mereka, kami, kita, dan saya)), di dalam bahasa Arab kata gantinya ada 12. Antara kata ganti untuk dua orang dengan lebih dari dua orang dibedakan di dalam bahasa Arab, tidak terdapat pada bahasa Indonesia bahkan pada bahasa Inggris (read : Bahasa Internasional).
Di antara keistimewaan bahasa arab juga adalah singkat dan padat, misalnya, jika kita ingin mengungkapkan "dia sedang menulis", maka cukup dengan menggunakan kalimat yaktubu dan ini sekaligus menunjukkan bahwa yang sedang menulis itu adalah seorang laki-laki, adapun jika yang menulisnya itu seorang perempuan, maka kita gunakan kalimat taktubu saja. Singkat dan padat. Dan banyak lagi keunggulan bahasa arab di atas bahasalain.
Al Kalam menurut ulama nahwu adalah ungkapan dai suatu lafadz yang brfaidah yang mampu membuat yang diajak bicara diam karena mengerti.  Lafadzh sendiri meliputi Al Kalam (kalimat), Al Kalimah (kata), dan Al Kalim (akan dijelaskan kemudian).  Maksud dari berfaidah adalah bisa dimengerti oleh yang diajak berbicara.
Perlu diingat bahwa Al Kalam adalah kalimat sedangkan Al Kalimah adalah kata. Sedangkan Al Kalim adalah istilah untuk sesuatu  yang tersusun dari 3 kata (baik itu fi'il, isim) atau lebih, baik berfaidah atau tidak.
B.    Saran
Semoga dengan pembuatan makalah ini senatiasa menambah wawsan serta pengetahuan dan yang terpenting adalah menjadi motivasi, baik bagi penyusun maupun rekan-rekan sekalian.
Dengan penuh pengharapan kepada Allah Swt. semoga makalah ini bisa bisa menjadi pembuka jalan untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak dan manfaat lgi guna bekal untuk kehidupan yang akan datang.
Catatan:
1. Semua Fi’il madhi dapat dimasuki kata قَـــدْ yang artinya sungguh, contoh
قَــدْ اِسْــتَغْـفَـــرْتَ  
Sungguh aku telah meminta ampun
2. Jika di depan Fi’il madhi terdapat huruf مَـا , maka artinya tidak, contoh:
مَــا اِسْــتَغْـفَـــرْتَ  
Aku tidak meminta ampun
C. Fungsi perubahan mujarrad menjadi mazid
1. فَـعَّــلَ
Wazan ini berfungsi antara lain
a. mengubah lazim menjadi muta’addi (لِلتَّعْــدِيَة)
contoh فَــرَحَ senang —- فَــرَّحَ = menyenangkan
b. menunjukkan arti memperbanyak
contoh قَـطَـعَ = memotong, قَـطَّـعَ = memotong-motong
c. menisbatkan maf’ul kepada asalnya fa’il
contoh كَفَّـرَ زَيْدٌ عَمْــرًا : Zaid menisbatlan Umar kepada kekafiran
2. Pola أَفْــعَـلَ – يُفْــعِــلُ
a. mengubah lazimmenjadi muta’addi
contoh اَكْــرَمْتُ زَيْــدًا Saya memuliakan Zaid
b. memasuki sesuatu
contoh اَمْسَــى اَلْمُسَــافِـرُ musafir memasuki petang
c. menjadi sesuatu
contoh: اَفْقَــرَ اَلْبَــلَدُ Negara itu menjadi tandus
d. mendapati sesuatu dalam sifatnya
contoh: اًعْظَـمْتُـهُ Aku menemukan (mengenal) Dia itu agung (besar)
e. hampir
contoh: اَحْصَــدَ الـزَّرْعُ tanaman itu hampir panen
3. Pola فَـاعَـلَ – يُفَـاعِـلُ
a. saling melakukan antara dua orang
contoh: ضَــارَبَ زَيْدٌ عَمْـرًا : Zaid dan Amir saling memukul
b. menunjukkan arti memperbanyak
contoh ضَـاعَفَ اللهُ ثَوَابًا : Mudah-mudahan Allah memperbanyak pahala
c. mengubah lazim menjadi muta’addi
contoh : عَــافَكَ اللهُSemoga Allah menyembuhkanmu
d. berarti mujarrad
contoh سَافَــرَ زَيْدٌ Zaid pergi
4. Pola تَفَـاعَـلَ – يَتَفَــاعَـلُ
a. saling melakukan antara dua orang atau lebih
contoh: تَصَــالَحَ الْقَـوْمُ kaum itu saling berdamai
b. pura-pura
contoh: تَمَــارَضَ زَيْدٌ Zaid pura-pura sakit
c. kejadian beruntut
contoh: تَـوَارَدَ القَوْمُ Kaum itu datang beruntut
d. akibat/ hasil dari فَاعَـلَ
contoh: بَاعَدْتُهُ فَتَبــاعَدَ : Saya menjauhinya, maka ia menjadi jauh
5. Pola تَفَـعَّــلَ – يَتَفَـعَّــلُ
a. hasil/ akibat فَعَّــلَ
contoh كَسَّــرْتُ الـزُّجَـاجَ فَتَكَسَّــرَ Saya memecah kaca, maka kaca menjadi pecah
b. memaksakan diri
contoh : تَشَــجَّـعَ زَيْـدٌ Zaid memberanikan diri
c. menjadikan asal fi’il menjadi maf’ul
contoh: تَبَنَّيْتُ يُوْسُــفَ Saya menjadikan Yusuf sebagai anak
d. tuntutan
contoh: تَبَــيَّنَ الشَّيْـئَ Dia mencari penjelasan tentang sesuatu
6. Pola اَفْتَعَــلَ – يَفْتَـعِــلُ
a. Akibat/ hasil dari فَعَــلَ
Contoh: جَمَعْتُ الاِبِـلَ فَاجْتَمَعَ Saya mengumpulkan unta, maka mereka menjadi berkumpul
b. Mengambil
Contoh: اِخَتَبَــزَ زَيْــدٌ Zaid mengambil roti
c. Menyangatkan makna
Contoh: اِكْتَسَبَ زَيْدٌ contoh Zaid bersungguh-sungguh
d. Tuntutan
Contoh: اِكْتَـدَّ زَيْدٌ Zaid mina agar bekerja keras
7. Pola اِنْفـعَــلَ – يَنْفَـعِــلُ
a. Akibat/ hasil فَـعَّــلَ
Contoh: كَسَّـرْتُ الـزُّجَـاجَ فَانْكَسَـرَ Saya memecahkan kaca, maka kaca menjadi pecah
b. Akibat/ hasil dari أَفْعَـلَ – يُفْــعِــلُ
Contoh: اَزْعَجَــهُ فَانْـزَعَـجَ Dia membingungkannya, maka dia menjadi bingung
8. Pola اِفْعَــلَّ – يَفـْعَــلُّ
Berfungsi menunjukkan arti masuk dalam suatu sifat, misalnya
اِحْمَــرَّ تَمْــرُ kurma itu memerah
9. Pola اِسْتَــفْعَلَ - يَسْتَفْــعِلُ
a. menuntut suatu perbuatan, contoh
اَسْـتَغْفِــرُ اللهَ Saya memohon ampun kepada Allah
b. berarti فَعَــلَ mujarrad, contoh
اِسْتَقَــرَّ اَيْ قَــرَّ menetap
c. Berubah menjadi, contoh
اِحْتَجَّــرَ الطِّيْنُ lumpur itu berubah menjadi batu
10. Pola اِفْعَــوْعَـلَ – يَفْعَوعِـلُ
a. menyangatkan , contoh
اِحْدَوْدَبَ زَيْدٌ Zaid menjadi sangat bungkuk
b. berarti فَعَــلَ mujarrad, contoh
اِحْلَوْلَى التَّمْــرُ kurma itu sudah manis
11. Pola اَفْعَـالَّ – يَفْعَــالُّ
Berfungsi antara lain menyangatkan, contoh
اِصْفَــرَّ الْمَـوْزُ Pisang itu telah menguning
12. Pola اَفْعَــوَّلَ – يَفْعَــوِّلُ
Wazan ini berefungsi menyangatkan, contoh
اَحْـرَوَّطَ شُعَـاعُ الشَّمْسِ Sinar matahari itu sangat memancar
13. Pola تًفَعْلَــلَ – يَتَفَـعْـلَــلُ
Pola ini berfungsi akibat/ hasil فَعْلَــــلَ, contoh
دَحْـرَجْتُ الحَجَـرَ فَتَدَحْـــرَجَ Saya mengguling-gulingkan batu, maka batu itu menjadi berguling-guling
14. Pola اِفْعَنْـلَـلَ – يَفْـعَنْـلِـلُ
Pola ini berfungsi akibat/ hasil فَعْلَـــلَ, contoh
حَـرْجَمْتُ الاِبِـلَ فَاحْـرَنْجَـمَ Saya mengumpulkan unta, maka unta itu jadi berkumpul
15. Pola اَفْعَلَــلَّ – يَفْـعِــلُّ
Berfungsi menyangatkan, contoh
اِقْشَـعَــرَّ الْجِلْــدُ Kulit merinding.
Keterangan selanjutnya tentang bab ini akan dibahas lebih lanjut di buku Bahasa Arab II
4. Pola
Fi’il Madhi Tsulatsy,
 yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari tiga huruf. Polanya
فَــعَـلَ

ضَرَبَ, نَصَـرَ, كَـفَـرَ (memukul, menolong, ingkar)
فَــعِـلَ

فَهِــمَ شَـهِـدَ عَـلِـمَ َ (memahami, menyaksikan, mengetahui)
فَـعُــلَ

حَــرُمَ كَــرُمَ بَـعُـد (mengharamkan, memuliakan, menjauhkan)
Fi’il Madhi Ruba’i,
yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari empat huruf. Polanya ada tiga, yaitu
1
فَعَّــلَ

نَــزَّلَ, عَـلَّمَ, سَــلَّمَ
2
أ َفْـعَـلَ

أَرْسَــلَ, أَسْــلَمَ, أَنْــزَلَ
3
فَـاعَـلَ

سَــافَرَ, خَـاسَمَ, قَـاتَـلَ
Fi’il Madhi Khumasi,
yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari lima huruf. Polanya ada empat , yaitu
1
اِنْفَـعَــلَ

اِنْقَـلَبَ, اِنْطَلَــقَ, اِنْقَطَـعَ
2
اِفْتَعَـــلَ

اِقْتَــرَبَ, اِجْتَمَــعَ, اِجْتَنَـبَ
3
تَفــعَّـلَ

تَعَلَّــمَ, تَــأَخَّــرَ, تَقَــدَّمَ
4
تَفَــاعَـلَ

تَسَــاقَفَ, تَسَـــاهَـلَ, تَجَـــاهَلَ
Fi’il Madhi Sudasi,
yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari enam huruf. Polanya hanya ada satu
Pola

Contoh
اِسْتَفْعَـــلَ

اِسْتَحْــوَذَ, اِسْتَغْفَــــرَ, اِسْتَخْــرَجَ
Contoh Perubahan Fi’il Madhi, rubai, khumasi, dan sudasi
Sudasi
Khumasi
Ruba’i
Dhomir
اِسْتَفْعَـــلَ
تَفــعَّـلَ
اِفْتَعَـــلَ
اِنْفَـعَــلَ
أ َفْـعَـلَ
فَعَّــلَ
اِسْتَغْفَــرَ
تَقَــدَّمَ
اِجْتَمَــعَ
اِنْقَطَـعَ
أَرْسَــلَ
نَــزَّلَ
هُوَ
اِسْتَغْفَــرَتْ
تَقَــدَّمَتْ
اِجْتَمَــعَتْ
اِنْقَطَـعَتْ
أَرْسَــلَتْ
نَــزَّلَتْ
هِيَ
اِسْتَغْفَــرْتَ
تَقَــدَّمْتَ
اِجْتَمَــعْتَ
اِنْقَطَـعْتَ
أَرْسَــلْتَ
نَــزَّلْتَ
اَنْتَ
اِسْتَغْفَــرْتِ
تَقَــدَّمْتِ
اِجْتَمَــعْتِ
اِنْقَطَـعْتِ
أَرْسَــلْتِ
نَــزَّلْتِ
اَنْتِ
اِسْتَغْفَــرْتُ
تَقَــدَّمْتُ
اِجْتَمَــعْتُ
اِنْقَطَـعْتُ
أَرْسَــلْتُ
نَــزَّلْتُ
اَنا
E. Pola
1. Fi’il Mudhari’ Tsulatsy
Fi’il Mudhari’ yang berasal dari Fi’il madhi tsulatsy (tiga huruf)
Madhi

Mudhari’

contoh
rumus
rumus
فَـعَـلَ

يَعْـعُـلُ

يَكْفُــرُ
ـَـ ـُـ
فَتْحُ ضَمٍّ


يَفْعِــلُ

يَجْلِـسُ
ـَـ ـِـ
فَتْحُ كَسْرٍ


يَفْعَــلُ

يَذْهَـبُ
ـَـ ـَـ
فَتْحَتَانِ
فَـعُـلَ

يَعْـعُـلُ

يَحْــرُمُ
ـُـ ـُـ
ضَمُّ ضّمٍّ
فَـعِـلَ

يَفْعَــلُ

ي يَشْهَـدُ
ـِـ ـَـ
كَسْرُ فَتْحٍ


يَفْعِــلُ

َنْــزِلُ
ـِـ ـِـ
كَسْرَتَـانِ
2. Fi’il Mudhari’ yang berasal dari Fi’il madhi ruba’I (4 huruf)
مَـاضِ

مُضَـارِعْ

مَـاضِ

مُضَـارِعْ

مَـاضِ

مُضَـارِعْ
أَفْعَـلَ

يُفْعِــلُ

فَعَّــلَ

يُفَعِّــلُ

فَـاعَلَ

يُفَاعِـلُ
أَشْـرَكَ



نَــزَّلَ



قَـاتَلَ


أَخْـرَجَ



عَــلَّمَ



خَـاسَمَ


أَخْبَـرَ



نَــوَّقَ



سَـافَرَ


4 Fi’il Mudhari’ yang berasal dari Fi’il madhi khumasi (5 huruf)
مَـاضِ

مُضَـارِعْ
مَـاضِ

مُضَـارِعْ
مَـاضِ

مُضَـارِعْ
تَفَعَّـلَ

يَتَفَعَّـلُ
اِفْتَعَـلَ

يَفْتَعِـلُ
اِنْفَعَـلَ

يَنْفَعِـلُ
تَقَــدَّمَ


اِلْتَمَـسَ


اِنْقَلَـبَ


تَأَخَّــرَ


اِجْتَمَـعَ


اِنْطَلَـقَ


4. Fi’il Mudhari’ yang berasal dari Fi’il madhi sudasi (6 huruf)
مَـاضِ

مُضَـارِعْ
اسْتَفْعَـــلَ

يَسْتَفْعِــلُ
اِسْتَخْـرَجَ


ِاِْسـتَغْفَــرَ




E. Pola Fi’il Amar
1. Fi’il Amar yang berasal dari Fi’il madhi tsulatsy
فِعِـل
الامـر
فِعِـل المضارع
فِعِـل
المَاضِ

فِعِـل
الامـر
فِعِـل المضارع
فِعِـل
المَاضِ
اذْهَــبْ
يَذْهَـبُ
ذَهَـبَ

احْكُــمْ
يَحْكُـمُ
حَكَـمَ


شَــهِدَ



عَبَــدَ


عَــلِمَ



حَضَـرَ






نَصَـر
اضْــرِبْ
يَضْـرِبُ
ضَـرَبَ






جَـلَسَ






نَــزَلَ




Catatan:
d. Fi’il Tsulatsy di atas jika dibentuk menjadi Fi’il amar, maka harus ditambah hamzah washal (ا) dan bila dilafalkan selalu kasrah (ــِــ) (اِ)
e. Fi’il tsulasy yang huruf tengahnya (‘ain Fi’il) berhrakat dhummah (ــُـ) misalnya يَحْكُـمُ maka harakat hamzah washalnya juga dhammah (ــُـ)
2. Fi’il Amar yang berasal dari Fi’il madhi ruba’i
فِعِـل
الامـر
فِعِـل المضارع
فِعِـل
المَاضِ

فِعِـل
الامـر
فِعِـل المضارع
فِعِـل
المَاضِ
افْـعِـلْ
يُفْعِــلُ
أَفْعَـلَ

فَـعِّـلْ
يُفَعِّــلُ
فَعَّــلَ


اَسْلَـــمَ



قَــدَّرَ


اَحْسَــنَ



حَــرَّكَ


اَرْسَــلَ



وَحَّــدَ


اَنْـــزَلَ




Catatan:
Membuat Fi’il amar dari Fi’il madhi ruba’I dengan pola أَفْعَـــلَ, ada pengecualian yaitu dengan ditambah hamzah qath’I (أَ). Contoh
ا فْـعِــلْ

يُفْعِـــلُ
أَفْعَـــلَ
اَ سْـــلِمْ

يُسْــلِمُ
اَسْلَـــمَ
3. Fi’il Amar yang berasal dari Fi’il madhi khumasi (5 huruf)
فِعِـل
الامـر
فِعِـل المضارع
فِعِـل
المَاضِ

فِعِـل
الامـر
فِعِـل المضارع
فِعِـل
المَاضِ
اِفْتَعِـلْ
يَفْتَعِـلُ
اِفْتَعَـلَ

اِنْفَعِــلْ
يَنْفَعِــلُ
اِنْفَعَـلَ


اِجْتَمَـعَ



اِنْقَطَـعَ







فِعِـل
الامـر
فِعِـل المضارع
فِعِـل
المَاضِ




تَفَعِّــلْ
يَتَفَعَّـلُ
تَفَعَّــلَ






تَقَــدَّمَ











Isilah bagian yang kosong di atas dengan kata yang tepat
4. Fi’il Amar yang berasal dari Fi’il madhi sudasi (6 huruf)
فِعِـل الامـر
فِعِـل المضارع
فِعِـل المَاضِ
اِسْتَفْعِــلْ
يَسْتَفْعِــلُ
اسْتَفْعَـــلَ
اِسْتَغْفِــرْ

اِْسـتَغْفَــرَ





Maaf sebelumnya jika penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, maklum saya baru belajar